Sungguh Allah Lebih Gembira

Kisah Hikmah Islami
Sungguh Allah Lebih Gembira
Ada seseorang akan bepergian melewati padang pasir yang luas. Ia telah mempersiapkan perbekalannya, baik makanan ataupun minuman selama perjalanan itu pada onta, yang juga jadi kendaraannya. Di tengah padang pasir yang begitu panasnya, ia ingin beristirahat di bawah suatu pohon. Tetapi begitu ia turun, ontanya tersebut lepas dan melarikan diri entah kemana. Tidak bisa dibayangkan bagaimana kesedihannya, apalagi semua perbekalannya ikut hilang.

Orang itu mencoba mengikuti jejak-jejak ontanya dengan harapan akan menemukannya kembali. Tetapi tidak begitu lama mengarungi padang pasir yang seolah tanpa batas itu, ia jatuh terduduk, lelah, lapar dan haus segera saja menyergapnya sehingga ia tidak mampu meneruskan langkahnya. Ia berteduh di bawah sebuah pohon dan tertidur di sana.

Entah berapa lama ia tertidur, ketika terbangun tiba-tiba dilihatnya ontanya tersebut duduk menderum di bawah pohon itu juga, masih lengkap dengan perbekalannya, tidak berkurang sedikitpun. Tidak terkira kegembiraannya melihat ontanya itu, begitu gembiranya sehingga ia salah dalam mengucap rasa syukurnya, “Allahumma anta ‘abdii, wa ana rabbuka” (Wahai Allah, Engkaulah hambaku, dan saya adalah rabb-Mu).

Padahal maksudnya ia ingin berkata : Allahumma anta rabbi wa ana ‘abduka. Kegembiraan yang begitu memuncak membuat ia salah tanpa menyadarinya dan lisannya “keseleo” mengucapkan perkataan itu.

Ia segera memeluk ontanya dan segera mengambil makanan dan minuman untuk mengobati perutnya yang telah sangat perih minta diisi.

Nabi SAW yang menceritakan kisah perumpamaan tersebut, bersabda kepada para sahabat, “Sungguh Allah lebih gembira untuk menerima taubat hamba-Nya, daripada kegembiraan orang tersebut yang menemukan kembali ontanya yang telah hilang di tengah-tengah padang sahara…!!”

Karena Doa Seorang Peminta-Minta

Kisah Hikmah Islami
Karena Doa Seorang Peminta-Minta
Dalf bin Jahdar Asy-Syibli, nama kunyahnya Abu Bakar, sehingga lebih dikenal dengan nama Abu Bakar Asy-Syibli, adalah seorang ulama sufi yang lahir dan dibesarkan di Baghdad. Ia bersahabat dengan ulama sufi lainnya yang sangat terkenal, Junaid al Baghdadi. Suatu ketika ia sedang berjalan ke suatu desa, dan ia melihat seorang pemuda kurus dengan rambut terurai dan bajunya sangat kumal. Pemuda itu sedang duduk di antara kubur dan meletakkan pipinya di tanah, air matanya mengalir membasahi wajahnya, mulutnya terus bergerak mengucap dzikr. Tasbih, tahmid, tahlil dan istighfar tak henti-hentinya keluar dari mulutnya. Sesekali ia memandang ke langit.

Syibli sangat tertarik dengan pemuda tersebut karena itu ia menghampirinya, tetapi melihat kedatangannya, sang pemuda lari menghindar. Syibli berusaha mengejarnya, tetapi karena tertinggal terus, ia berkata, “Perlahan-lahan, wahai waliyullah!!”

Sang pemuda hanya berkata, “Allah”

Syibli berkata lagi, “Demi Allah, sabarlah engkau menantiku!!”

Sang pemuda hanya mengisyarakan penolakan dengan tangannya, sambil berkata, “Allah”

Putus asa untuk menghentikan pemuda itu, Asy-Syibli berkata, “Jika benar apa yang engkau katakan, maka tunjukkan kepadaku kesungguhanmu kepada Allah!!”

Mendengar ucapan Syibli itu, sang pemuda berteriak keras, “Allah!!”

Kemudian ia jatuh tersungkur. Ketika Syibli sampai di tempatnya, ia memeriksa pemuda tersebut dan ternyata ia telah meninggal. Syibli menjadi bingung sekaligus heran, begitu besar tekadnya kepada Allah, sehingga untuk membuktikan sebagaimana permintaannya, Allah harus mengambil nyawanya. Ada sedikit perasaan bersalah, sekaligus kekaguman, karena itu ia berkata, “Yakhtahshu bi rahmatihii man yasyaa’u, walaa haula walaaquwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim…”

Syibli pergi sebentar untuk mencari kafan dan segala keperluan untuk memakamkan pemuda tersebut. Setelah kembali ia tidak menemukan jenazahnya, bahkan tidak ada bekas-bekasnya. Sekali lagi ia bingung dan bertanya-tanya, siapakah yang mendahuluinya mengurus jenazahnya, padahal ia tidak lama meninggalkan tempat itu. Tiba-tiba ia mendengar hatif (suara tanpa wujud), “Ya Syibli, telah ada yang menyelesaikan urusannya. Jenazahnya telah dirawat malaikat. Hendaklah engkau banyak beribadah kepada Allah dan bersedekah. Pemuda itu tidak sampai kepada kedudukannya seperti itu, kecuali karena suatu sedekahnya di suatu hari…”

“Beritahukanlah kepadaku, apakah sedekahnya itu?” Kata Syibli.

“Ya Syibli, pemuda itu sebelumnya seorang yang fasik, suka berzina, durhaka dan gemar bermaksiat kepada Allah. Suatu malam ia bermimpi kemaluannya menjadi ular dan mengeluarkan api dari mulutnya. Ia disembur dengan api itu sehingga tubuhnya menjadi hitam seperti arang. Setelah terbangun, ia gelisah dan ketakutan, kemudian menyingkir dari orang-orang sekitarnya untuk bertobat dan khusyu’ beribadah. Ia tetap dalam keadaannya itu selama duabelas tahun, hingga kemarin ia kedatangan seorang peminta-minta yang meminta makanan. Karena tidak memiliki apa-apa lagi, ia melepas baju yang dipakainya, dan memberikannya kepada sang peminta-minta. Karena begitu gembiranya, ia mendoakan sang pemuda agar dosa-dosanya diampuni oleh Allah, dan Allah mengabulkannya. Karena itulah pemuda itu memperoleh kemuliaan (karamah) seperti yang engkau lihat…!!”

Kisah Hikmah Islami Kesusahan Yang Bukan Kesusahan

Kisah Hikmah Islami
Kesusahan Yang Bukan Kesusahan
Suatu ketika Ali bin Abi Thalib, yang saat itu menjabat sebagai khalifah, bertemu dengan sahabat Salman al Farisi. Ali menyapanya, “Apa kabar dirimu, wahai Salman?”

Salman berkata, “Wahai Amirul Mukminin, saya sedang dilanda empat kesusahan!!”

“Kesusahan apa?” Tanya Ali.

Salman menjelaskan, “Kesusahan keluarga karena membutuhkan roti (makanan pokok), kesusahan karena perintah Allah untuk menjalankan taat, kesusahan karena godaan syetan yang selalu mengajak maksiat, dan kesusahan karena akan datangnya malaikat maut untuk mencabut nyawaku!!”

Reaksi yang diberikan Ali sungguh mengejutkan, “Bergembiralah wahai Abu Abdillah, pada setiap keadaan itu, engkau memiliki derajad (kedudukan utama) di sisi Allah”

Tentu saja Salman kebingungan melihat reaksi sahabat dan menantu Rasulullah SAW itu. Kemudian Ali menceritakan, bahwa ketika Nabi SAW masih hidup, suatu pagi ia bertemu dengan beliau dan beliau bersabda, “Bagaimana pagimu, ya Ali?”

“Wahai Rasulullah,” Kata Ali, “Saya berada dalam kesedihan karena empat hal. Saya tidak memiliki apapun (untuk makan) kecuali hanya air, saya sedih dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah (apakah akan diterima?), saya sedih tentang balasan amal (apakah lebih banyak kebaikannya?), dan saya sedih akan datangnya malaikat maut (apakah akan khusnul khotimah?).”

Mendengar jawaban Ali tersebut, dengan tersenyum Nabi SAW bersabda, “Bergembiralah wahai Ali, sesungguhnya kesedihan atas keluarga adalah tabir dari neraka, dan kesedihan dalam taat kepada Allah al Khaliq adalah (kunci) keamananmu dari azab, kesedihan atas balasan amal adalah jihad, yang hal itu lebih baik daripada ibadah selama 60 tahun, dan kesedihanmu atas malaikat maut adalah kafarat (pelebur, penebus) dari dosa-dosamu. Ketahuilah, wahai Ali, rezeki Allah kepada hamba-Nya itu tidak karena kesedihan itu. Kesedihan tidak berpengaruh apa-apa (atas pembagian rezeki dari Allah) kecuali semakin menambah pahala. Jadilah orang yang bersyukur dan tawakal, niscaya engkau akan menjadi kekasih Allah!!”

Ali bertanya, “Dengan apa (atas apa)saya bersyukur kepada Allah?

“Dengan Islam!!”

“Dengan apa saya taat?” Tanya Ali lagi.

“Ucapkanlah : Laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim…!!”

Ali bertanya lagi, “Apa yang harus saya tinggalkan?”

Nabi SAW bersabda lagi, “Tinggalkanlah kemarahan, karena hal itu akan menghilangkan amarah Tuhanmu, memberatkan timbangan amal (kebaikan) dan membawamu ke surga!!”

Mendengar penjelasan Ali tersebut, Salman berkata, “Sungguh saya benar-benar susah memikirkan hal itu, terutama tentang keluarga!!”

Tentu, maksud Salman bukanlah perasaan sedih atau susah karena menyesali keadaannya. Tetapi kesedihan dalam rangka mengharap berbagai kebaikan seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW tersebut. Menjalani hidup dalam kesedihan/kesusahan dengan ikhlas untuk menggapai kegembiraan di akhirat kelak.

Menanggapi ucapan Salman tersebut, Ali berkata, “Saya pernah mendengar Rasulullah bersabda : Barang siapa yang tidak pernah bersedih atas keluarganya, ia tidak berhak mendapat surga!!”

Salman menyahuti, “Bukankah Rasulullah SAW juga bersabda : Orang yang memiliki keluarga tidak akan bahagia selamanya??”

“Bukan seperti itu (maksudnya), Salman,” Kata Ali, “Jika pekerjaanmu halal, maka surga akan selalu merindukan orang-orang yang bersedih dan nestapa dalam mencari rezeki yang halal, demi untuk menghidupi keluarganya!!”

Kuda Yang Bertaubat

Kisah Hikmah Islami
Kuda Yang Bertaubat
Abdullah bin Mubarak, seorang ulama di masa Tabi’in (pengikut atau murid para sahabat Nabi SAW), suatu ketika berjalan-jalan di pasar dan melihat seekor kuda yang dijual seharga 40 dirham. Maka ia berkata, “Murah sekali harga kuda ini!!”

Ia bermaksud membelinya, tetapi sang penjual yang memang jujur berkata, “Wahai Syech, kuda ini ada kelemahannya!!”

“Apakah kelemahannya?”

“Kuda ini tidak bisa dipacu, ia berhenti saat dikejar musuh sehingga terkejar (tertangkap), dan ia selalu meringkik ketika disuruh diam!!”

“Kalau begitu harganya terlalu mahal,“ Kata Ibnu Mubarak, dan ia batal membelinya.

Suatu ketika Abdullah bin Mubarak melihat salah satu muridnya mengendarai kuda itu. Bahkan ia melihatnya terjun pada salah satu pertempuran dengan mengendarainya. Tentu saja hal itu membuatnya bertanya-tanya atas kebenaran informasi yang diberikan sang penjual tentang kelemahan kuda tersebut.

Pada suatu kesempatan, Ibnu Mubarak memanggil muridnya tersebut dan menanyakan tentang kuda yang ternyata telah dibelinya itu. Ia berkata, “Apakah engkau telah membuktikan kelemahan kuda itu?”

Sang Murid menceritakan kalau ia memang telah membuktikannya. Tetapi setelah itu ia berbisik ke telinga kudanya, “Wahai kuda, telah kutinggalkan semua dosa-dosa, aku telah bertobat dan kembali kepada Allah. Karena itu hendaklah engkau juga bertobat dan meninggalkan tabiat burukmu itu. Aku berjanji tidak akan membawamu kepada jalan maksiat kepada Allah.”

Mendengar bisikan tersebut, tampak sang kuda menggerakkan kepalanya tiga kali, seolah-olah sangat gembira, dan setelah itu ia menjadi kuda yang penurut seperti yang dilihat Abdullah bin Mubarak. Kemudian sang murid mengetahui bahwa pemilik kuda itu sebelumnya adalah seorang kafir yang lalim, karena itu sang kuda sering mengutuknya dan sering menjatuhkannya dari punggungnya. tabiat buruk itulah yang terbawa pada kuda itu saat ia dijual.

Khidr As Muncul Karena Ketulusan (1)

Kisah Hikmah Islami
Khidr As Muncul Karena Ketulusan (1)
Sosok Nabi Khidr AS yang terkenal karena kisah pertemuannya dengan Nabi Musa AS diabadikan dalam Al Qur’an Surat Al Kahfi ayat 60-82 memang fenomenal. Nabi SAW juga mengulang kisah tersebut dalam beberapa hadist beliau dengan beberapa penjabaran. Dalam surat Al Kahfi tersebut tidak disebutkan nama Khidr dan juga statusnya sebagai salah satu nabi, hal ini saja sudah menimbulkan perbedaan pendapat, apakah beliau seorang nabi atau hanya seorang ulama atau salah satu auliyah Allah. Begitu juga terjadi perbedaan pendapat, apakah beliau masih hidup sampai sekarang atau sudah meninggal?

Bukan di sini tempatnya untuk membahas perbedaan pendapat tersebut karena masing-masing ulama mempunyai hujjah (argumentasi) yang kuat untuk mendukung pendapatnya. Bagi kita yang awam, cukuplah mengikuti pendapat yang kita mantap dengannya tanpa “menghujat” pendapat lain yang berbeda. Hanya saja, bagi yang percaya Nabi Khidr AS masih hidup sampai sekarang, terkadang ada yang terlalu “mendewa-dewakan” beliau, bahkan membuat cara-cara yang menyeleweng dari syariat hanya untuk bisa bertemu dengan beliau.

Sesungguhnya Nabi Khidr AS tidak bisa “dipaksa” hadir dengan cara apapun, kecuali jika Allah SWT mengijinkan beliau hadir seperti yang terjadi kepada Nabi Musa AS, atau beliau “ditugaskan” Allah SWT hadir sebagai jalan untuk menolong hamba-hamba yang dikehendaki-Nya. Kalau “ritual-ritual” yang diadakan untuk bertemu Nabi Khidr didasari hawa nafsu dan tujuan duniawiah semata-mata, bisa jadi yang hadir malahan syaitan terkutuk yang akan makin menjerumuskan manusia ke dalam jurang kesesatan. Naudzubillahi min dzaalik!! Semoga kisah berikut ini memberikan hikmah dan menambah pemahaman bagi kita.

Al kisah, di negeri Turkestan tinggal seorang lelaki tua bernama Bakhtiar. Ia sangat miskin, dan dengan usianya yang telah renta, ia kesulitan untuk bekerja memenuhi kebutuhan keluarganya. Ia sendiri “cukup malu” untuk meminta-minta walau warga di sekitarnya cukup banyak yang hidup berkelimpahan, karena itu ia tetap berusaha sebatas kemampuannya.

Suatu ketika raja yang berkuasa di Turkestan tersebut sedang didatangi seorang ulama sufi. Setelah menyampaikan beberapa nasehat, tiba-tiba Sang Raja menanyakan tentang Nabi Khidr yang misterius tersebut. Sang Sufi menceritakan tentang Nabi Khidr secara sekilas, kemudian berkata, “Khidr hanya datang jika diperlukan, tangkaplah jubahnya kalau ia muncul, maka segala pengetahuan akan menjadi milik Baginda!!”

Tentu saja apa yang dikatakan Sang Sufi tersebut tidak bisa diterjemahkan secara harfiah begitu saja. Sang Raja bertanya, “Apakah itu bisa terjadi pada siapapun?”

“Ya, siapapun bisa!!”

Setelah Sang Sufi pergi, keinginan Sang Raja untuk bertemu Nabi Khidr sangat kuat. Ia ingin melengkapi kekuasaannya dengan pengetahuan, dan itu akan bisa diwujudkan dengan mudah kalau ia bertemu Nabi Khidr dan ‘menangkap jubahnya’. Ia berfikir, “Kalau hal itu bisa terjadi pada siapapun, apalagi aku, bukankah aku seorang raja??”

Untuk memujudkan keinginannya tersebut, Sang Raja membuat sayembara yang disebarkan ke seluruh pelosok negeri, “Barangsiapa yang bisa menghadirkan Khidr yang misterius di hadapanku, maka ia akan kujadikan orang yang kaya…!!”

Ternyata tidak banyak yang merespon sayembara tersebut karena hal itu suatu hal yang tidak mudah, walau mungkin saja terjadi. Ketika Bakhtiar mendengarnya, muncul suatu rencana di benaknya. Ia berkata kepada istrinya, “Wahai istriku, aku punya rencana dan kita akan segera kaya. Tetapi tak lama setelah itu aku akan mati, dan itu tidak mengapa, karena engkau telah mempunyai simpanan untuk bisa membiayai kehidupanmu seterusnya…!!”

Bakhtiar menceritakan rencananya. Istrinya hanya bisa setuju dan mendoakan saja. Bagi orang-orang seperti mereka, memang tidak banyak pilihan untuk bertahan hidup. Setelah itu ia pergi menghadap kepada Sang Raja.

Setelah memberi penghormatan seperlunya, Bakhtiar berkata kepada Sang Raja, “Hamba dapat menghadirkan Khidr, tetapi ada syaratnya!!”

“Apa syarat yang kamu minta itu?” Tanya Sang Raja.

“Baginda harus memberi hamba seribu keping uang emas!!”

Sang Raja setuju dengan persyaratan tersebut, dan memerintahkan salah satu abdinya untuk memberikan seribu keping uang emas kepada Bakhtiar. Lalu ia berkata, “Berapa lama waktu yang engkau perlukan untuk menemukan Khidr?

“Hamba akan mencarinya dalam waktu empatpuluh hari!!” Kata Bakhtiar lagi.

“Baiklah,” Kata Sang Raja, “Kalau engkau berhasil menemukan Khidr dan membawanya kemari, engkau akan mendapat tambahan sepuluh ribu keping uang emas. Tetapi jika engkau gagal, engkau akan mati dipancung di sini, sebagai peringatan bagi orang-orang yang mencoba mempermainkan rajanya!!”

Bakhtiar sudah tidak perduli lagi dengan ancaman tersebut, yang sebenarnya ia sudah menduga sebelumnya. Ia segera pulang dan menyerahkan seribu keping uang emas tersebut kepada istrinya. Ia sudah hampir yakin bahwa ajalnya akan tiba di tangan Sang Raja, empatpuluh hari kemudian. Karena itu sisa waktunya digunakannya untuk merenung, beribadah dan bertobat, mempersiapkan diri dengan amal-amal kebaikan sebagai bekal memasuki alam barzah. Ia telah banyak mendengar tentang Nabi Khidr yang memang tidak bisa dipaksakan kehadirannya, jadi untuk apa sibuk menghabiskan waktu mencarinya. Lebih baik ia terus beribadah dan bertobat, termasuk karena telah “menipu” Sang Raja.

Pada hari yang ditentukan Bakhtiar menghadap Sang Raja. Hatinya telah sangat mantap, empatpuluh hari hanya berkhidmat untuk beribadah kepada Allah, membuatnya tidak ada ketakutan kepada siapapun dan kepada apapun, kecuali kepada Allah saja. Maka kepada Sang Raja ia berkata tegas, “Wahai Raja, kerakusanmu telah menyebabkan engkau berfikir bahwa uang akan bisa mendatangkan Khidr. Tetapi Khidr tidak akan datang karena panggilan yang berdasarkan kerakusanmu itu!!”

Tentu saja Sang Raja amat marah dengan perkataannya tersebut. Bukannya datang untuk memenuhi janjinya, tetapi malah menasehatinya. Ia berkata, “Celaka kau ini, kau telah menyia-nyiakan nyawamu. Siapa pula kau ini beraninya mencampuri urusan seorang raja?”

Sekali lagi Bakhtiar berkata, “Menurut cerita, semua orang mungkin saja bertemu dengan Khidr. Tetapi pertemuan itu hanya ada manfaatnya jika ia mempunyai niat yang tulus dan benar. Seringkali sebenarnya Khidr telah datang di antara kita, tetapi kita tidak bisa memanfaatkan kunjungannya tersebut, dan itulah yang kita tidak bisa menguasainya!!”

Sang Raja makin marah dengan nasehatnya tersebut, ia memerintahkan para pengawal menangkapnya dan menghardik, “Cukup ucapanmu itu. Bualanmu itu tidak akan memperpanjang hidupmu. Engkau hanya tinggal menunggu bagaimana caranya engkau mati saat ini!!”

Sang Raja meminta pendapat para menterinya tentang cara mengeksekusi mati Bakhtiar. Menteri pertama berkata, “Wahai Raja, bakarlah dia hidup-hidup sebagai peringatan bagi yang lainnya!!”

Menteri kedua berkata, “Wahai Raja, potong-potong saja tubuhnya, dan pisah-pisahkan anggota tubuhnya (dimutilasi)…!!”

Menteri ketiga berkata, “Wahai Raja, sediakan saja kebutuhan hidupnya sehingga ia tidak akan pernah menipu lagi demi kelangsungan hidup keluarganya.”

Tengah Sang Raja mendiskusikan masalah tersebut, masuklah seorang tua yang tampak bijaksana. Setelah orang tua itu memberi salam, Sang Raja berkata, “Wahai orang tua, apa maksud kedatanganmu ke sini?”

“Saya hanya ingin mengulas pendapat para menteri anda itu!!”

“Apa maksudmu?” Tanya Sang Raja.

“Menterimu yang pertama itu dahulunya adalah tukang roti, karena itu ia berbicara tentang membakar (memanggang). Menterimu yang kedua dahulunya adalah tukang daging, karena itu ia berbicara tentang memotong. Dan menterimu yang ketiga inilah yang benar-benar mengerti masalah kenegaraan, karena itu ia melihat kepada sumber masalahnya…!!”

Selagi raja dan para hadirin terkejut dengan hakikat para menteri tersebut, orang tua itu berkata lagi, “Hendaklah kalian mencatat dua hal, pertama : Khidr akan datang untuk melayani setiap orang sesuai dengan kemampuan orang itu memanfaatkan kedatangannya. Dan kedua : Bakhtiar ini, ia kuberi (tambahan) nama ‘Baba’ karena pengorbanan yang dilakukannya atas dasar terdesak dan putus asa (dari manusia). Keadaannya yang makin terdesak (yakni, akan dihukum mati) sehingga aku muncul di hadapan kalian semua!!”

Sekali lagi raja dan para hadirin terkejut dengan perkataan orang tua tersebut, yang tak lain adalah Nabi Khidr itu sendiri. Dan sebelum sempat mereka berbuat apa-apa, termasuk keinginan Sang Raja untuk “menangkap jubahnya”, Khidr telah lenyap dari pandangan. Sang Raja sangat menyesal, sebaliknya Bakhtiar merasa sangat gembira karena mendapat nama baru “Baba” langsung dari Khidr sendiri, tanpa ia mengharapkannya. Semacam sebuah “pengesahan” dari apa yang telah dilakukannya sebelumnya.

Tidak Menyembah Jika Tidak Melihat

Kisah Hikmah Islami
Tidak Menyembah Jika Tidak Melihat
Imam Ja’far ash Shadiq, salah seorang ulama sekaligus auliyah dari keturunan Nabi SAW, yakni dari pernikahan putri beliau Fathimah az Zahrah dan Ali bin Abi Thalib, suatu ketika sedang berjalan-jalan di tepi sungai Tigris, tiba-tiba muncul seseorang yang terkenal sangat kaya, pintardan terkemuka menghadang jalan Sang Imam. Orang ini seorang muslim, tetapi sangat materialis dan sangat mengagungkan otaknya semata. Ia berkata, “Wahai Imam, engkau adalah keturunan Nabi Muhammad SAW dan pemimpin para auliyah. Aku ingin melihat Allah dengan kedua mataku ini, dapatkah engkau mengaturnya untukku?”

“Wahai sahabatku,” Kata Imam Ja’far Shadiq, “Allah tidak bisa dilihat dengan mata lahirian ini, Dia hanya bisa dirasakan (kehadiran-Nya) dengan mata hati!!”

Lelaki materialis (mengukur segalanya hanya dengan yang tampak nyata) ini berkata, “Terserah apa yang engkau katakan, tetapi aku tidak bisa menyembah Tuhan yang tidak bisa disentuh dan dilihat!!”

Imam Ja’far Shadiq memandangnya dengan tajam, kemudian berkata kepada para sahabatnya, “Angkatlah lelaki ini dan lemparkan ke sungai!!”

Mereka segera melaksanakan perintah sang imam, dan lelaki tersebut dilemparkan ke sungai. Dalam keadaan timbul tenggelam berjuang untuk selamat, lelaki materialis itu berseru, “ Wahai Imam, selamatkanlah aku! Aku mohon dengan sangat, selamatkanlah aku!!”

Imam Ja’far Shadiq memerintahkan para sahabat untuk mengangkatnya dari sungai. Lelaki tersebut masih terengah-engah nafasnya ketika beliau berkata lagi, “Ikat kedua tangannya dan lemparkan ke sungai, dan jangan diselamatkan lagi!!”

Lelaki materialis itu tampak ketakutan, tetapi para sahabat Sang Imam tetap patuh melaksanakan perintah beliau. Setelah dilemparkan ke sungai, ia megap-megap hampir tenggelam. Ia telah putus asa untuk meminta tolong pada sang imam, bisa-bisa keadaannya lebih parah. Dalam keadaan sangat kritis tersebut, ia berteriak, “Wahai Tuhan Yang Maha Pengasih, selamatkanlah hamba! Tidak ada yang bisa menyelamatkan hamba dari bahaya ini kecuali Engkau, Ya Allah!!”

Mendengar teriakan lelaki tersebut, Imam Ja’far Shadiq tersenyum dan memerintahkan para sahabatnya untuk menyelamatkan dia. Dalam keadaan gemetar ketakutan, lelaki itu dihadapkan kepada sang imam, dan beliau berkata, “Kamu memanggil-manggil : Tuhan Yang Maha Pengasih, Tuhan Yang Maha Pengasih…!! Apa benar kamu telah melihat-Nya??”

Lelaki itu berkata, “Benar, ya imam, ketika harapan kepada semua manusia telah lenyap, aku mencari perlindungan-Nya, dan mata hatiku terbuka sehingga aku bisa melihat (merasakan) kehadiran-Nya…!!”

Lelaki tersebut akhirnya bertobat dan tidak materialis lagi, bahkan menjadi pengikut sang imam yang setia.

Yang Pertama Dibakar Api Neraka

Kisah Hikmah Islami
Yang Pertama Dibakar Api Neraka
Pada hari kiamat nanti, Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi akan mengadili mahluk-mahluknya pada yaumul hisab (Hari Perhitungan). Tidak ada perkara, yang sangat kecil atau remeh sekalipun, apalagi yang besar, pasti akan didatangkan ke sidang pengadilan yang benar-benar adil tersebut. Tentunya ada pengecualian bagi orang-orang yang Allah memberikan Rahmat dan Kasih-Nya, yang Allah menutupi keburukan-keburukannya dan memaafkannya, sehingga Allah memasukkannya ke surga tanpa hisab.

Yang pertama kali didatangkan untuk diadili adalah tiga kelompok manusia, yang waktu di dunia mempunyai kemuliaan dan keutamaan dalam pandangan manusia. Mereka adalah orang-orang yang membaca dan memahami Al Qur’an, orang-orang yang kaya (berharta), dan orang-orang yang berjuang di jalan Allah

Allah mendatangkan salah seorang yang ahli membaca dan mengajarkan Al Qur’an dan berfirman, “Bukankah Aku telah mengajarkan kepadamu apa yang Aku turunkan melalui utusan-Ku?”

“Benar, wahai Tuhanku!!” Kata orang tersebut.

“Kemudian, apa yang telah kamu lakukan dengan nikmat-Ku itu?”

“Saya mempelajari ilmu, mengajarkannya dan membaca Al Qur’an karena Engkau, ya Allah!!”

Allah berfirman, “Kamu bohong!!”

Para malaikat ikut berkata, “Kamu bohong!!”

Dan Allah berfirman lagi, “Kamu mengerjakan semua itu hanya karena ingin dikatakan bahwa engkau adalah orang pandai membaca Al Qur’an, seorang Qari’ yang hebat, dan semua itu telah dikatakan orang-orang kepadamu seperti yang kau inginkan!!”

Setelah itu Allah memerintahkan malaikat untuk menariknya dan melemparkannya ke neraka.

Kemudian Allah menghadirkan orang yang kaya (hartawan) yang banyak bersedekah di jalan Allah, dan berfirman, “Bukankah Aku telah memberi kelapangan kepadamu (yakni, berlimpah kekayaan) sehingga Aku tidak membiarkan dirimu membutuhkan seseorang?”

“Benar, wahai Tuhanku!!” Kata orang tersebut.

“Kemudian, apa yang telah kamu lakukan dengan nikmat-nikmat harta yang Aku berikan kepadamu itu?”

“Saya menyambung silaturahmi dan bersedekah. Tidak ada jalan atau tempat dimana Engkau senang jika diinfakkan harta, kecuali saya menginfakkannya semata-mata karena Engkau!!”

Allah berfirman, “Kamu bohong!!”

Para malaikat ikut berkata, “Kamu bohong!!”

Dan Allah berfirman lagi kepadanya, “Kamu melakukan semua itu agar engkau dikatakan sebagai dermawan, dan itu telah dikatakan orang-orang kepadamu seperti yang engkau inginkan!!”

Setelah itu Allah memerintahkan malaikat untuk menariknya dan melemparkannya ke neraka.

Selanjutnya Allah menghadirkan seseorang yang terbunuh ketika berjuang di jalan Allah. Setelah Allah mengingatkan berbagai nikmat yang dianugerahkan kepadanya dan ia mengakui, Allah berfirman kepadanya, “Apakah yang kamu amalkan di dunia?”

Orang tersebut berkata, “Saya diperintahkan untuk berjuang dan berperang di jalan-Mu, dan saya memenuhinya dengan terjun di medan jihad hingga saya terbunuh di jalan-Mu!!”

Allah berfirman, “Kamu bohong!!”

Para malaikat ikut berkata, “Kamu bohong!!”

Dan Allah berfirman lagi kepadanya, “Sesungguhnya kamu berjuang di medan jihad agar dikatakan bahwa engkau seorang pemberani, dan itu telah dikatakan orang-orang kepadamu sebagaimana engkau inginkan!!”

Setelah itu Allah memerintahkan malaikat untuk menariknya dan melemparkannya ke neraka.

Nabi Muhammad SAW yang menceritakan kisah ini, menepuk dua lutut Abu Hurairah dan bersabda, “Wahai Abu Hurairah, tiga orang (semacam) itulah mahluk Allah yang pertama kali dibakar oleh api neraka pada hari kianat nanti!!”

Utusan Izrail Kepada Nabi Ya’kub As

Kisah Hikmah Islami
Utusan Izrail Kepada Nabi Ya’kub As
Sebagaimana kebanyakan nabi-nabi lainnya, Nabi Ya’kub AS bersahabat dengan Malaikat Izrail atau malaikat maut yang bertugas mencabut nyawa. Suatu ketika Malaikat Izrail mengunjungi Nabi Ya’kub, dan beliau berkata, “Wahai malaikat maut, engkau datang hanya sekedar mengunjungi aku atau akan mencabut nyawaku?”

Malaikat Izrail berkata, “Aku hanya sekedar berkunjung!!”

“Bolehkan aku meminta agar engkau memenuhi satu keinginanku?’ Tanya Nabi Ya’kub.

“Apa itu?”

“ Kuminta agar engkau memberitahukan kepadaku jika saat ajalku telah dekat dan engkau akan mencabut nyawaku!!”

“Baiklah,“ Kata Malaikat Izrail, “Aku akan mengirimkan kepadamu dua atau tiga utusan jika saat ajalmu telah dekat!!”

Beberapa tahun kemudian, ketika saat ajal Nabi Ya’kub telah tiba, Malaikat Izrail datang kepada beliau, dan seperti biasanya beliau berkata, “Wahai malaikat maut, engkau datang hanya sekedar mengunjungi aku atau akan mencabut nyawaku?”

Malaikat Izrail berkata, “Aku datang untuk mencabut nyawamu!!”

Tentu saja Nabi Ya’kub kaget dengan jawaban tersebut, beliau berkata, “Bukankah engkau telah berjanji akan mengirimkan dua atau tiga utusan jika saat ajalku telah dekat?”

Malaikat Izrail berkata, “Wahai Ya’kub, aku telah melakukannya. Putihnya rambutmu setelah sebelumnya hitam, kelemahan tubuhmu setelah sebelumnya kuat, dan kebongkokan tubuhmu setelah sebelumnya tegak, semua itu adalah utusanku kepadamu dan juga kepada anak Adam lainnya, sebelum saat ajalnya tiba!!”

Lebih Jahat Daripada Yang Berzina

Kisah Hikmah Islami
Lebih Jahat Daripada Yang Berzina
Seorang wanita dari Bani Israil datang menghadap kepada Nabi Musa AS dan berkata, “Ya Nabiyallah, saya telah berbuat dosa besar, dan kini saya bertaubat kepada Allah. Karena itu tolong doakanlah saya kepada Allah agar Dia mengampuni dosa saya dan menerima taubat saya!!”

Nabi Musa berkata, “Apakah dosamu itu?”

Wanita itu berkata, “Wahai Nabiyallah, saya telah berzina hingga mengandung dan punya anak, kemudian saya membunuh anak saya tersebut!!”

Mendengar penjelasan tersebut, Nabi Musa langsung berkata keras, “Enyahlah engkau dari sini, wahai pelacur, jangan membakar kami dengan apimu!! Jangan sampai ada api turun dari langit dan membakar kami karena kesialanmu itu!!”

Wanita tersebut keluar dengan hati hancur, tetapi ia tidak mau berputus asa dari rahmat Allah.

Tidak lama berselang, turun Malaikat Jibril mendatangi Nabi Musa dan berkata, “Wahai Musa, Tuhanmu berkata kepadamu, mengapakah engkau menolak orang yang datang untuk bertaubat? Tidak adakah orang yang lebih jahat daripada dirinya?”

Nabi Musa bertanya, “Siapakah orang yang lebih jahat daripada wanita itu?”

Malaikat Jibril berkata, “Orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja!!”

Malaikat Jibril Menggambarkan Neraka

Kisah Hikmah Islami
Malaikat Jibril Menggambarkan Neraka
Suatu ketika Malaikat Jibril datang mengunjungi Nabi SAW, dan beliau bersabda, “Tolong engkau gambarkan kepadaku keadaan neraka!!”

Malaikat Jibril berkata, “Wahai Muhammad, api neraka itu hitam kelam, seandainya satu lubang jarum dari api neraka dijatuhkan, maka terbakarlah semua yang ada di muka bumi…!!”

Malaikat Jibril menjelaskan lagi, seandainya satu potong baju dari baju-baju yang ada di neraka digantungkan antara langit dan bumi, niscaya penghuni bumi akan mati karena terciumnya baunya yang sangat busuk.

Seandainya setetes zaqqum (makanan penduduk neraka dari pohon berduri) dilemparkan ke bumi, maka makanan penduduk bumi akan musnah.

Seandainya satu saja dari sembilanbelas malaikat yang disebutkan Allah SWT dalam Al Qur’an (Malaikat Zabaniah yang ditugaskan menyiksa penduduk neraka) muncul di tengah-tengah penduduk bumi, niscaya mereka semua akan mati karena buruknya dari bentuk, penampilan dan rupanya.

Seandainya satu lingkaran dari rantai belenggu neraka seperti yang disebutkan Allah SWT dalam Al Qur’an dibuang ke bumi, niscaya bumi itu hancur hingga lapisan yang paling bawah, dan bumi tidak bisa ditempati lagi.

Mendengar penjelasan-penjelasan tersebut, tiba-tiba Nabi SAW memotong ucapan Jibril, “Cukup, wahai Jibril!!”

Kemudian beliau menangis. Malaikat Jibril ikut menangis melihat beliau menangis, maka Nabi SAW bersabda, “Wahai Jibril, mengapa engkau menangis, sedangkan kedudukan engkau begitu dekat dengan Allah…!!”

Jibril berkata, “Wahai Rasulullah, tidak ada kedudukanku di sisi Allah, kecuali posisiku saat ini. Dan aku (takut) diuji dengan apa yang diujikan kepada Malaikat Harut dan Marut, serta iblis yang terkutuk tersebut!!”

Maka dua mahluk termulia dari golongan manusia dan malaikat itu kembali menangis karena takutnya kepada “makar’ Allah SWT, yang mungkin saja akan menimpa mereka.

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai